Sukses atau Tidak nya Kita
Saturday, March 15, 2008
Ukuran tiap orang tentang kesuksesan pasti berbeda. Pernah sekali membaca sebuah tulisan seorang pengamat gaya hidup tentang sukses. Bahwa seringkali ukuran sukses seseorang itu ditentukan oleh pandangan orang lain. Menurut beliau juga, ukuran sukses seseorang masa kini pun cenderung lebih seragam, punya rumah besar, mobil mewah dan keluarga yang bahagia, adalah cap sukses masa kini.

Aku sendiri total 180 derajat berubah menilai sebuah kesuksesan ketika beberapa bulan yang lalu melihat papa meninggal. Sejak saat itu luruh semua ukuran kesuksesan duniawi versi eva. Dan saat melihat seorang tetangga meninggal 7 hari yang lalu juga membuatku sedikit "membandingkan" antara kematian papa dan kematian sang tetangga ini.

Benar apa yang dikatakan oleh orang bijak, bahwa pertanyaan terpenting dalam hidup ini yaitu "Apa yang bisa saya tinggalkan buat orang lain ?". Inilah jejak yang akan membekas di hati orang lain tentang diri kita. Inilah jejak yang paling penting buat kita.

Sedih aja cuma melihat segelintir orang yang datang menyertai penguburan sang tetangga. Padahal jumlah rumah di cluster ini ada sekitar 300 rumah. Sedangkan di lain pihak, melihat betapa panjangnya iringan saudara, tetangga, dan kerabat yang mengantar saat papa meninggal. Sedih aja melihat betapa sedikitnya orang bertakziyah ke rumah sang tetangga, sedih aja berfikir "Apakah aku akan bisa membuat orang begitu mengenangku saat itu tiba ?".

Bukan berarti bahwa papa lebih sukses dibandingkan sang tetangga ini, papa juga punya banyak kelemahan sebagai manusia. Tapi bagaimana orang-orang ternyata begitu bisa kehilangan ketika kita tidak ada di samping mereka. Hal ini yang aku garisbawahi kemarin. Banyaknya shaf orang-orang yang menshalatkan kita, keramaian orang-orang yang mendoakan kita, kesedihan orang-orang saat kita tinggalkan, ternyata "jejak" ini adalah yang paling jelas terlihat saat kita meninggal.

Sungguh, orang sukses itu ternyata bisa dinilai ketika dia sudah tiada. Seberapa banyak warisan yang sudah dia tinggalkan buat orang lain. Seberapa banyak harta, ilmu yang sudah dia bagikan buat orang lain. Seberapa banyak orang yang mau dengan tulus datang mendoakan dia dan menghibur keluarga yang ditinggalkannya.

Sukses yang sebenarnya adalah ketika dosa dan siksa kubur kita bisa diringankan oleh "jejak" yang sudah kita tinggalkan di dunia. Hanya doa anak sholeh, amal sholeh yang masih berguna buat orang lain dan ilmu yang bermanfaat buat orang lain, yang bisa menyelamatkan kita dari pedihnya azab di sana.

Saat seseorang berorientasi kepada kesuksesan. Seharusnya dia tidak sukses sendirian. seharusnya banyak orang yang terlibat mengantarkan kesuksesannya, seharusnya banyak orang yang ikut sukses juga bersamanya, seharusnya kesuksesan nya itu juga dibagi untuk orang lain.

Maka ketika "kesuksesan berorientasi akhirat" ini yang menjadi tujuan hidup kita, tidak mungkin ada lagi orang yang memburu kesuksesan sampai ujung dunia tanpa prioritas tanpa mengingat orang-orang di sekitarnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home