Dagang Bukan untuk 'Hidup'
Sunday, June 15, 2008
"Kalo ada kesempatan, mau gak jadi pedagang beneran, Va?"
Uups, pertanyaan yang membuatku agak berfikir, apakah saat ini aku belum jadi pedagang 'beneran' ya ?

Ya bener juga sih, kalo dipikir-pikir, berapa keuntungan yang aku dapat sejak memutuskan berbisnis 7 tahun lalu belum pernah aku kalkulasikan secara sungguh-sungguh. Kebanyakan hasil bisnis itu akan kembali aku belikan barang dagangan supaya aktivitas dagangku 'muter' terus.

Nyatanya emang begitu kan ? Mau tanya deh, berapa banyak uang tunai yang ada dalam rekeningku dari hasil keuntungan aktivitas berdagangku selama 7 tahun ini ? Wiiihhh bikin malu, karena angka itu tidaklah seberapa.

Terus pernah ndak aku menghitung berapa aset yang aku miliki sebagai seorang pedagang ? Menghitung berapa barang dagangan yang masih aku miliki saat ini ? Apakah modal terakhir yang aku keluarkan sudah kembali ? Atau apakah aku sudah menghitung laba aktivitas berdagangku selama sebulan ini ?

Sempat kaget ketika seorang teman pedagang ternyata tidak mempunyai sama sekali tabungan dari aktivitas berdagangnya. Terus kemana aja uang hasil dagangan kamu selama ini ?, tanyaku heran. Berbagai point pengeluaran dia sebutkan, mulai dari A sampai Z. Tapi benarkah semuanya habis sampai tidak ada lagi cadangan dalam tabungan nya ? Benarkah semuanya habis sehingga dia sama sekali tidak punya uang untuk menambah modalnya tanpa harus meminta dari suami ?

Terus buat apa ya kita berdagang kayak gini, kalo sebagai perempuan kita tidak punya 'uang cadangan' sendiri ?

Mungkin inilah kelemahan pedagang perempuan yang berdagang bukan untuk hidup. Aku pun termasuk golongan ini. Kita sering menganggap remeh dengan yang namanya cash flow.

Biar bagaimana pun salah satu alasan ku berdagang adalah untuk membantu ekonomi keluarga, agar aku bisa membantu suami tanpa harus meninggalkan rumah. Tapi kalo ternyata sumbangsih ku terhadap perekonomian keluarga tidak ada, buat apa aku teruskan lagi kegiatan ini ? Terus kalo ternyata untuk menambah modal berdagang saja aku harus 'menadah' lagi ke suami, buat apa aku melakukan semuanya lagi ?

Terus gimana dong ? Masih mau jadi pedagang 'tanpa hasil' atau mau berhenti saja ?

Gak gitu juga.. Jawabannya ternyata lebih ribet daripada pertanyaannya. Ada yang tahu ?

1 Comments:

At July 7, 2008 at 4:14 PM, Blogger ok said...

ini agak sensi nih va...
tiap rejeki dari hasil dagangnya sudah dikeluarkan "hak"nya blom? insya allah liat deh bedanya,, barokahnya juga akan beda ;)

 

Post a Comment

<< Home