Terkapar Juga
Friday, May 30, 2008
Saat akhirnya badan ini terkapar karena kecapekan, ada berentet pertanyaan menyertainya.
"Apakah ini berarti badanku sudah tidak bugar lagi, masa gara-gara 'sedikit' kesibukan saja musti terkapar berhari-hari seperti ini ?"
atau
"Apakah kesalahan yang sudah aku lakukan sehingga harus kutebus dengan sakitku kali ini ?"
atau
"Apakah masih ada harta yang belum aku keluarkan sedekahnya sehingga Sang Pemilik meminta haknya kepada ku ?"

Sakit memang sebuah proses medis. Sebuah proses biologis, sebuah proses pertahanan diri yang sudah dianugerahkan kepada manusia oleh Nya untuk menunjukkan bahwa ada benda asing yang beracun masuk ke dalam tubuh kita.

Tapi dari aspek lain, saat kita terbaring sakit, lemah, gemetar dan kedinginan, maka saat itulah saat yang paling tepat untuk kembali kepada fitrah kita sebagai manusia. Yaitu berfikir. Saat sakit, adalah seperti saat berpuasa, dimana tubuh kita sedang berusaha melawan dan mengeluarkan racun-racun yang ada dalam tubuh kita. Saat sakit adalah saat pertempuran kita, bagaimana kita bisa bersikap sabar akan deraan rasa yang tak tertahankan lagi.

Sakit kemarin adalah teguran buatku. Betapa sudah begitu lama aku tidak pernah lagi memikirkan siapa diri ini. Begitu banyak kesibukan, kegiatan yang aku lakukan buat orang lain. Mungkin memberi itu memang indah, tapi hidup ini pun adalah keseimbangan. Ada saat kita memberi kepada orang lain ada juga saat aku seharusnya bisa menerima sesuatu dari orang lain.

Tak terpikirkan berapa lama aku tidak pernah 'mendapatkan' sesuatu dari orang lain. Tak bisa kuingat lagi berapa lama aku tidak pernah minta didoakan oleh orang lain, tak bisa kuingat lagi kapan terakhir kali aku begitu senang dengan pujian orang yang terlontar buatku.
Selama ini sepertinya aku begitu menutup diriku rapat-rapat dengan tameng bernama ikhlas.

Ya Rabb, sungguh aku tidak akan mau mengerjakan sesuatu kalau bukan karena Mu
Cukup hanya cinta Mu itu buat ku
Tapi ternyata aku tidak sekuat itu, wahai yang Maha Gagah
Jiwa ini masih membutuhkan orang lain
Perasaan ini ternyata masih membutuhkan pengakuan dari sesama manusia yang hina

Sakitku kemarin adalah saat aku menata puing-puing hati dan potongan imanku lagi. Ditengah sakit dan rasa yang tak tertahankan aku merasa diingatkan bahwa betapa Dia begitu mencintaiku.

Sakitku kemarin adalah saat dimana aku menetapkan tujuanku. Bukan, bukan 'plan A plan B berbau duniawi', toh aku tidak pernah tahu sampai kapan umurku akan bertahan, tapi tujuan yang lebih besar dari hidupku. Buat sebuah kehidupan kekal abadi yang akan kujalani kelak.

1 Comments:

At June 4, 2008 at 8:02 AM, Anonymous Anonymous said...

Ah, dalem banget mbak yang ini...

 

Post a Comment

<< Home