Cemburunya Aku ....
Tuesday, May 22, 2007
Cemburunya aku pada suamiku adalah cemburunya seorang perempuan yang seumur hidupnya tidak pernah merasa cemburu.

Aku dilahirkan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, apapun yang kuminta dan kuinginkan pasti akan terkabul. Itu memang sudah sifatku, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang bisa menghalangi aku untuk mendapatkan sesuatu. Aku tidak pernah merasa bersaing dengan orang lain, karena aku tahu bagaimana mendapatkan keinginanku dengan caraku sendiri. Sejak SD sampai kuliah, aku bukanlah pelajar yang teramat cemerlang, prestasi akademikku biasa-biasa saja. Tapi siapa yang tidak kenal Eva illustrator majalah Rohis yang terkenal dengan gambar-gambar nya yang mengharubiru ?

Siapa juga yang tidak kenal dengan Eva si mantan ketua I MPK yang merupakan ketua MPK perempuan pertama di SMA favorit unggulan nasional ini ? Siapa yang tidak kenal dengan Eva si bos Kopma kampus yang membuat Kopma kampus-ku menjadi Kopma terbaik di seluruh Indonesia ? Yah, aku tahu benar bagaimana cara mendapatkan keinginanku, bagaimana cara mendapatkan perhatian orang lain tanpa harus bersusah payah bersaing. Aku juga tahu benar bagaimana cara merebut hati orang lain dengan cara yang tidak biasa.

Contohnya ketika SMP ketika aku sedang getol-getolnya merintis buletin sekolah, aku tahu benar bahwa aku tidak akan bisa bersaing dengan teman-temanku yang jago menulis. Entah bagaimana caranya, mereka bisa menuliskan sesuatu yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Langsung aku banting setir menjadi penata lay out dan ilustrator cerpen atau kisah yang ditulis oleh si jago menulis tadi. Dan percaya tidak, gambar-gambar ku yang menghiasi cerpen-cerpen itu malah lebih terkenal dan lebih menarik perhatian dibanding cerpen fiksi temanku. Malah akhirnya aku memiliki halaman sendiri untuk komik petualanganku. Hah, siapa kali ini yang menang ?, begitu pikirku saat itu.

Tapi berbeda sekali dengan cemburu ku kali ini. Entah kenapa aku tidak pernah bisa bersaing merebut perhatian suamiku dengan seorang perempuan mungil umur 4 tahun berambut keriting bermata cemerlang. Seorang anak perempuan yang aku juga begitu mencintainya, anak perempuan tunggal kami yang selalu membuatku merasa disisihkan oleh suamiku. Lucu ?, pasti tidak begitu menurut kalian. Yah, karena kalian terbiasa untuk mengalah. Tapi tidak lucu bagiku yang memang selalu bisa mendapatkan keinginannya.

Sepanjang akhir pekan, selalu dihabiskan oleh suamiku untuk berduaan dengan anak perempuan mungil tadi. Sejak sehabis shubuh setiap akhir pekan, suamiku sudah mulai beranjak dari kamarku dan mulai memasuki kamar anak kesayangannya untuk tidur berpelukan sampai matahari mulai menampakkan cahayanya. Setelah itu mereka akan lari pagi bersama, sarapan roti bersama dan nonton TV bersama. Hanya berdua, tanpa aku !. Pernah sih aku mencoba untuk ikut bersama mereka, tapi rasa-rasanya tawa mereka, senyum mereka, canda mereka akan terus seperti itu tanpa ada aku. Rasa-rasanya ada tidak adanya aku tidak akan mempengaruhi mereka. Pernah seharian aku ditinggal sendirian di rumah dan mereka berdua pergi entah kemana. Untuk menekan perasaan ku, aku sibukkan hari itu dengan memasak kue, melamun sambil mencoret-coret sketch book ku dan menjawab email teman-temanku. Dan menjelang Isya baru mereka pulang sambil menenteng ikan hasil pancingan dari Bogor. Wuaah, sebel rasanya apalagi mereka berdua ribut menceritakan pengalaman mancing seharian tadi sambil menyantap brownies bikinanku tanpa sekalipun memuji brownies itu.

Aku jadi teringat ketika kurang lebih lima tahun lalu, aku hamil. Kehamilanku hanya berselang 1 bulan dari pernikahan kami. Masih kuingat benar bagaimana begitu bersinar-sinarnya wajah suami kekasihku setiap dia mengantarkan aku kontrol ke dokter. Sepertinya dia sangat antusias, kuingat dia selalu ribut meminta setiap print out hasil USG dari dokter kandungan kami. Dia simpan semua print out itu dalam sebuah map merah jambu, begitu juga foto pertama bayi kami, gelang tangan bayi kami ketika di rumah sakit, cukuran rambut pertamanya waktu aqiqah, puput pusarnya yang sekarang sudah berwarna kehitaman juga ikut-ikutan dikoleksi suamiku. Begitu sayangnya dia pada bayi perempuan kami, sehingga setiap malam tanpa harus dibangunkan dia yang akan menggantikan popoknya, memandangi bayinya dengan takjub ketika sedang kususui dan menidurkannya kembali. Setiap malam, tanpa absen !. Padahal buat seorang engineer yang bekerja berdasarkan projek, dia selalu pulang menjelang tengah malam untuk mengejar tenggat waktu.

Pernah suatu waktu di keheningan malam setelah kami berdua menikmati ibadah suci suami istri, aku tanyakan apakah dia masih mencintaiku sama seperti awal pertemuan kami dulu. Sambil tersenyum dan lekat memandang mataku, dia menjawab bahwa cintanya padaku tidak akan pernah berubah. Aku adalah ibu anak tercintanya, istri satu-satunya dan sahabatnya selalu dimasa senang dan susah. Aku cukup puas dengan jawaban itu, tapi aku kan juga butuh diperhatikan lebih, aku kan juga butuh dipuji seperti dulu, butuh disanjung, butuh di rayu...Cengeng gak sih ?...

Cemburuku pada suamiku adalah cemburu seorang perempuan yang tidak pernah tidak mendapatkan keinginannya. Tapi bagaimana aku akan bersaing cinta dengan anak ku ?. Aku putuskan untuk tidak bekerja di luar rumah karena dia. Aku ingin setiap dia pergi dan pulang sekolah, orang pertama yang akan mendengar celotehnya adalah aku, ibunya. Aku ingin aku adalah orang pertama yang akan menjadi sandarannya bila sedang bersedih. Aku ingin orang yang pertama yang akan menjawab pertanyaannya adalah aku, ibunya. Jangan pernah dia harus mencari jawaban terlebih dulu di luar rumah tanpa mendapatkannya terlebih dahulu dari kami orang tuanya.

Aku tahu benar rasanya bagaimana mempunyai sesuatu yang sepertinya dekat tapi selalu menjauh begitu aku memerlukannya. Aku ingat bagaimana setiap malam sewaktu kelas 3 SMA dulu, aku harus menahan perasaan setiap berada di meja belajar untuk persiapan UMPTN. Pilihanku pada fakultas itu bukanlah pilihan hatiku. Tapi karena mama selalu bercerita bahwa keinginanya untuk menjadi dokter gigi akan diwariskannya padaku. Aku sendiri jauh di dalam hati ku, kusimpan rapat-rapat tanpa siapapun tahu, ingin sekali masuk ke fakultas seni rupa. Ingin rasanya menceritakan keinginanku ini pada orang tuaku.

Tapi aku tahu pasti bahwa keinginanku ini akan membuat mereka terluka. Seakan mempunyai sesuatu yang tidak terjangkau rasanya. Mnecintai tapi tidak ingin melukai, mungkinkah itu harus ditanggung oleh seorang anak yang sedang kebingungan ?

Aku begitu mencintai anak ku, sehingga aku berjanji tidak akan mengekang keinginannya, selalu mendukung langkahnya dan tidak akan pernah memaksakan kehendakku. Begitu juga kali ini, aku yang selalu terbiasa berdua dengannya sepanjang hari, sejak dia turun dari mobil jemputan TKnya, sampai menjelang tidur, begitu tidak rela melihat kemesraan nya bersama ayahnya, yang hanya berdua tanpa aku, ibunya.

Hal yang konyol sebenarnya mencemburui kemesraan suamiku dengan anaknya. Toh, selama ini aku sudah memiliki laki-laki itu dengan cara yang sama sekali berbeda. Dia adalah cinta pertamaku, orang yang pertama kali memegang tubuhku dan orang yang pertama kali mengucapkan cinta padaku. Apalagi yang harus kutuntut darinya. Aku pun adalah cinta pertama baginya. Buatnya aku adalah perempuan pertama yang dia cintai setelah ibunya. Selama hampir tujuh tahun pernikahan kami, tidak pernah sekalipun dia membuatku marah besar, pertengkaran kami bisa dihitung dengan jari. Dia tahu persis sifatku yang keras kepala, sehingga hampir setiap kali suami terkasihku selalu mengalah demi cintanya. Terus mau apa lagi ?

Untuk seorang istri, aku adalah seorang perempuan yang tidak pernah mau ambil pusing dengan pendapat orang lain tentang diriku. Kalau buat sebagian perempuan lain, konflik dengan mertua atau keluarga suami di awal usia pernikahan adalah hal yang pasti terjadi. Tidak demikian dengan aku. Ibu mertuaku adalah sahabat terbaikku, begitu juga dengan ipar-ipar perempuanku. Tak jarang aku menemani adik iparku bertemu dengan tunangannya. Aku juga sering dimintai uang oleh adik iparku, malah dia lebih senang meminta padaku daripada minta langsung kepada suamiku yang adalah kakak kandungnya. Di awal-awal pernikahan, aku amat menyadari keberadaanku sebagai menantu perempuan dari anak laki satu-satunya di keluarga suamiku. Bisik-bisik pendapat tentangku sering kudengar ketika aku sedang menginap di rumah mertua. Toh, semuanya tidak ada satupun yang berbekas didalam hatiku. Aku tahu bahwa ipar- iparku sempat cemburu padaku. Sempat aku merasa sebagai orang asing dalam keluarga mereka tapi seperti biasanya aku dengan gampang bisa mendapatkan keinginanku.

Awalnya dari keinginan keluarga suamiku untuk menikahkan anak perempuannya yang bungsu. Adik iparku ini hanya berselang umur 2 tahun dari kakak tertuanya yaitu suamiku. Tapi sampai hampir menjelang usia 30 tahun, dia belum mempunyai calon pasangan. Atau lebih tepatnya, karena pemalu, adik iparku ini tidak pernah mempunyai teman laki-laki. Untuk orang Sumatera seperti kami, belum nikah diatas umur 30 tahun merupakan aib tersendiri. Sibuklah keluarga suamiku mencarikan calon suami buat anak mereka, mengenalkannya dengan kerabat dan teman. Saat itu aku hanya tersenyum simpul, aku tahu persis bahwa aku punya saudara sepupu laki-laki jauh di Bangka sana yang persis sama masalahnya dengan adik iparku. Dia adalah dokter baru lulus yang sangat pemalu dan sebulan yang lalu aku sok akrab ber-sms ria dengannya untuk menanyakan kabarnya. Tentu saja, ada udang di balik batu dibalik sms-sms ku pada sepupuku itu. Aku tahu bahwa aku harus menjalin hubungan yang akrab dulu dengan nya sebelum menawarkannya pada adik iparku. Akhirnya perkenalan itu terjadilah, karena mereka sama-sama sudah siap nikah, sekarang mereka berdua sedang menjalin hubungan yang serius...hehehe berhasil juga misiku mengambil hati keluarga suamiku...

Sedangkan dengan ibu mertua, wah beliau orang yang paling gampang aku ”taklukan”. Sebelum pernikahan pun aku sudah merebut hatinya. Buatnya aku adalah menantu kesayangan. Bahkan dia sering membanding-bandingkan aku dengan anak-anak perempuannya yang lain. Ehem, sepertinya hal inilah yang membuat aku sempat dicemburui berat oleh ipar-iparku... Kedua iparku adalah perempuan pekerja di luar rumah, mereka bahkan tidak sempat untuk mengobrol walau sebentar dengan ibunya. Di sinilah aku dengan segala waktu luangku bisa sering menelepon beliau hanya sekedar untuk menanyakan resep rendang yang enak atau membuat asam padeh yang tidak amis. Wah, bisa kurasakan suaranya begitu bahagia, mungkin merasa dibutuhkan oleh seorang anaknya. Aku juga tidak segan membawa anakku pada sore hari tiba-tiba muncul di rumah neneknya membawa sebuah pepaya atau hanya membawa semangkok puding buah yang tidak seberapa nilainya. Setiap kali aku mendapat rezeki dari bisnis ku, aku juga tidak lupa dengan ibu mertuaku itu. Sering sehelai jilbab atau sebuah tas tangan kubelikan untuk beliau. Mungkin perhatian-perhatian yang tidak seberapa ini membuat beliau cepat jatuh hati padaku.

Benar, paling tidak enak bersaing dengan orang lain. Mungkin karena aku orang yang sangat tidak senang dengan konflik, jalan untuk bersaing dengan orang lain selalu kuhindari. Aku selalu mencari jalan lain untuk membuat orang menerima kehadiranku. Aku selalu mencari jalan lain untuk membuat orang memperhatikan aku. Cemburu ? kata itu tidak pernah aku kenal dalam kamus hidupku. Sebisa mungkin sebelum aku bersaing ketat dengan orang lain aku selalu sudah berbelok mencari jalan lain. Begitu juga dalam kehidupanku sebagai seorang perempuan, anak, istri dan menantu. Aku percaya bahwa sebagai seorang manusia sekaligus sebagai seorang perempuan aku memiliki kelebihan lain tanpa aku harus bersinggungan dengan orang lain.

Tapi sungguh, untuk kasus cemburu kali ini, aku benar-benar tidak habis pikir. Kenapa aku benar-benar tidak berdaya dibuatnya. Kedua orang yang sama-sama aku cemburui ini adalah orang-orang tercintaku. Mereka punya tempat masing-masing di hatiku. Tapi kenapa ketika mereka sedang berdua, seakan aku tidak berada disana. Jadi sebenarnya aku cemburu pada suamiku atau cemburu pada anakku ?....Entahlah, yang kutahu rasanya aku sangat sayang pada mereka berdua. Mereka adalah alasan terkuatku untuk bertahan hidup sampai saat ini. ..Ataukah ini kah namanya cemburu karena cinta ?

Ya Alloh, lindungilah selalu orang-orang terkasihku, berilah mereka selalu cinta-Mu, berilah mereka selalu ketulusan untuk saling mencintai apa adanya dan persatukan kami kelak di surga-Mu. Amin...

4 Comments:

At May 23, 2007 at 11:33 AM, Anonymous Anonymous said...

mba Eva, sahringnya bagus bgt...aku sampe terharu nih...tyt, ada juga yg mengalami perasaan spt aku, cemburu bila melihat keakraban suami dng anak. kl mereka berdua, aku tidak rela, tapi kalo aku berdua dng anak atau aku berdua dng suami, it's ok. ah, semoga rasa cemburu ini membawa hasil yg lbh positif :P

 
At May 23, 2007 at 8:04 PM, Blogger fikri said...

Subhaanallah...
saya (belum nikah) sampe terbayang cerita ibu ini menggambarkan orang tua sendiri...
dulu sy pernah punya calon yg mirip ibu, dia juga anak pertama dan jarang ga dapatkan apa yang dia inginkan. ia juga pintar spt ibu dan punya keinginan kuat tuk mengejar sesuatu. tapi sayang kami gagal karena aku lum siap saat itu. jadilah ia sekarang milik orang lain....
Aku do'akan ibu dan keluarga semoga berbahagia di dunia dan akhirat kelak.

http://fikri.onthe.web.id

 
At June 6, 2007 at 2:59 PM, Anonymous Anonymous said...

halo mb Eva... aku udah lama gak pernah OL, ternyata sdh ketinggalan byk cerita en sharingnya mbak eva. Jadi kangen deh.. Beruntung ketemu sharingnya kali ini, hmm...bagus banget. Tapi, aku koq kebalikannya mb Eva ya? aku justru bahagia banget klo ngeliat suami en anak asyik bercanda mesra begitu. Meskipun hanya jadi penonton,rasanya nikmaaat sekali melihat mereka bercanda spt itu. :) Yah,apapun namanya, bahagia ato cemburu itu pasti karena CINTA ya kan mbak?
Salam buat keluarga ya mbak :)

 
At June 5, 2009 at 4:45 PM, Blogger NUvV said...

Aku belum nikah,tapi menyadari sifatku yang pencemburu,aku juga pernah terfikirkan bila suatu hari punya anak,kemungkinan besar aku akan merasa cemburu karena perhatian suami bakal teralihkan pada anak2nya,,kadang hal2 mengenai masalah kecemburuan ini terjadi pada orang yang enggak kita sangka2,,bahkan pada orang2 terdekat kita yang justru biasanya sangat kita cintai...Life's Strange!

 

Post a Comment

<< Home