Laundry Kiloan dan Nasi Uduk
Sunday, October 21, 2007
Ada dua pemilik toko di Ruko komplekku yang sangat rame hari-hari belakangan ini. Yaitu penyedia jasa laundry kiloan dan penjual sarapan pagi.

Untuk laundry kiloan, aku sempet tergoda untuk memakai jasanya. Sekedar pengen tahu aja. Karena "si mba pulang hari" kami baru mulai masuk kerja pekan depan, iseng-iseng aku kumpulin cucian kotorku selama 5 hari dan terkumpullah 39 potong baju kotor dari berbagai jenis mulai dari 4 buah jeans sampai daster tidurku (tanpa pakaian dalam ya).

Setelah ditimbang ternyata 39 potong pakaian itu beratnya cuma 8 kg... Biayanya untuk 5 kg paket reguler (selesai 5 hari) adalah Rp. 34.000 sedangkan 6 kg-8 kg nya dihargai Rp. 8000/kg nya. Cukup murah ya, biaya segitu sudah termasuk biaya cuci sekaligus setrika. Ada beberapa layanan di laudry kiloan itu. Untuk yang paket ekspress (selesai 1-2 hari) memang biayanya agak mahal yaitu Rp. 44.000/5 kg pertama dan selanjutnya Rp.10.000/kg nya.

Banyak sekali pakaian kotor tertumpuk di sana saat itu. "Omset kami naik sekitar 50% setiap menjelang Lebaran, begitu kata si Encik pemilik laundry. Dia juga mengatakan bahwa laundrynya ini hanya bermodal 5 mesin cuci dan 4 mesin pengering serta 8 orang pegawai untuk mengontrol cucian dan menyetrika. Biasanya pegawai untuk menyetrika ini dia gaji harian dari penduduk setempat komplek perumahan kami. Gajinya sekitar Rp. 12.000-Rp.20.000/hari, tergantung pengalaman yang mereka miliki.

Untuk hari biasa diluar menjelang Lebaran biasanya si Encik cukup mempekerjakan 3 orang pegawai saja untuk mengontrol cucian dan menyetrika. Dan mereka adalah pegawai tetap, digaji bulanan bukan harian.

"Bisnis begini gak ada matinya, Bu", kata si Encik kepadaku. "Paling kita hanya harus hati-hati sama cucian supaya tidak tertukar antar pelanggan. Kalo untuk baju-baju kebaya atau jas kami jarang menerimanya. Karena untuk baju-baju mahal kayak gitu, biasanya orang gak dateng ke laundry kiloan". Wah bener juga nih si Encik. Selain gak ada matinya, bisnis laundry kiloan ini juga nyaris tanpa resiko. Dalam artian, gak perlu banyak hal yang kita pelajari dalam membuka bisnis ini. Tapi ketika kutanyakan berapa lama balik modalnya, si Encik tidak bersedia menjawab, dia hanya nyengir lebar kearahku.

Satu lagi pemilik toko yang menangguk untung adalah penjual sarapan pagi. Ada satu toko nasi uduk yang sehari-harinya berfungsi sebagai restoran. Cuma dalam waktu 3 jam habislah 150 kota nasi uduk/nasi kuning di sana. Mangkanya sejak jam 6 pagi, biasanya Rais sudah nongkrong di depan toko tadi ikut mengantri.

Sebenarnya harga nasi uduk di toko itu cukup mahal. Dengan berlauk telur balado/telor dadar + bihun + orek tempe + abon dihargai Rp.8500/kotaknya. Sedangkan untuk tambahan ayam goreng dihargai Rp.4000/potong, empal Rp.8000/potong dan gorengan seperti bakwan dan tempe,tahu dihargai Rp.1000/potong. Tapi mungkin karena orang bosen makan yang bersantan, harga segitu untuk variasi makanan yang lain dari biasanya tidak menjadi masalah. Ditambah lagi belum pulangnya para mba dari kampung masing-masing menjadikan orang cenderung tidak mau repot dengan urusan makan. Tinggal beli saja, lebih praktis.

Mungkin bisnis-bisnis seperti ini bisa dijadikan bisnis musiman buat kita. Bisa diawali dengan menerima cucian kiloan dari tetangga terdekat kita saja dulu dengan modal 1 mesin cuci atau membuka meja menjual sarapan di depan rumah kita.

Jadi pengen juga punya bisnis musiman menjelang lebaran nih.. Mungkin bukan laundry kiloan tapi mungkin tempat penitipan anak atau jasa membersihkan rumah. Yah, siapa tahu..hehehehe

0 Comments:

Post a Comment

<< Home