Lirikan Mata
Tuesday, October 23, 2007
Percaya gak sih kalo yang namanya lirikan mata itu bisa "membunuh" seseorang ?....

Aku emang termasuk orang yang sensitif dengan bahasa tubuh lawan bicaraku. Karena yang namanya gak suka, suka, seneng, bosen, sebenarnya bisa terlihat LEBIH jelas dari bahasa tubuh seseorang dibandingkan dengan ucapan yang keluar dari mulutnya.

Sama deh dengan kalo kita lagi berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Misalnya di email atau di blog. Kalo kita gak pandai-pandai menata kalimat tulisan kita, maka orang lain bisa salah duga loh dengan maksud dan tujuan kita. Wong tujuannya memberi saran eh gara-gara bahasa tulisannya terlalu vulgar bisa dikira mengkritik. Beda jauh kan ya...

Beda dengan kalo kita berhadapan langsung. Bahasa tubuh "mengkritik" dengan "memberi saran" akan sangat terlihat beda. Penekanan ucapan dan kalimat yang kita pakai pun bisa berbeda arti. Apalagi bila kalimat kita tadi disertai dengan senyuman sekaligus tepukan di bahu. Maka ucapan yang "mengkritik" bisa langsung berubah kesan menjadi "memberi saran".

Dulu sih gak pernah terlalu percaya kalo yang namanya "lirikan mata itu bisa membunuh seseorang". Sampe pagi ini ketika baru saja menyelesaikan putaran kedua bersepedaku. Angka di cyclometerku sudah menunjukkan angka 9 km, yang berarti target 10 km/hari sebentar lagi tercapai. Tinggal mampir ke warung nasi uduk buat beli sarapan deh dan bisa langsung pulang ke rumah buat mandi. Alhamdulillah hari ini target 10km sudah tercapai lagi.

Sambil santai mengayuh sepeda, aku melamun mengingat-ingat lagi jadwal pertemuanku dengan para downline pekan ini. Siapa aja yang harus diundang, siapa aja yang kemaren udah diundang dll maklum udah hampir tanggal tutup point. Liburan panjang lebaran kemaren memang agak mengacaukan kerja team ku. Gak disangka lamunanku di kilometer terakhir tadi membuatku lengah saat sedang membelok di bundaran utama komplek kami.

"Ciittttt.. ", suara rem sebuah mobil sedan perak membangunkanku dari lamunan.
"Astaghfirullah....", hanya itu kata yang terucap dari mulutku.
Aku sempat terjatuh sedikit dari sepeda karena rem mendadak. Ya Alloh, untung gak terjadi apa-apa begitu pikirku ketika berdiri sambil membenahi sepedaku.

"Maaf Bu, saya yang salah" begitu ucapku kepada pengemudi sedan perak itu.
Tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulutnya. Yang dia lakukan hanyalah melirikku dengan pandangan tajam sambil memperhatikan diriku dari atas ke bawah.

Duh, pandangan nya itu loh, lirikan matanya itu loh.... Bukan, itu bukan pandangan marah, bukan juga pandangan merendahkan, bukan juga pandangan menyalahkan. Entah apa arti pandangan mata nya itu padaku. Aku hanya merasa hatiku mendadak dingin dan beku ketika bertatapan mata dengannya.

Inikah yang artinya pandangan mata "membunuh" ?. Di saat tidak ada kata yang terucap tapi hanya dengan bertatapan saja bisa membuat kita seketika tidak bisa berbuat apa-apa. Pandangan mata itu masih saja menghantui sepanjang perjalanan pulangku. Perutku terasa mual mengingat pandangan itu. Serasa seperti diaduk dan berputar di dalamnya.

Ngeri, cuma itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku. Kuputuskan segera pulang tanpa membeli sarapan dan mempercepat kayuhan sepedaku. Tidak lupa juga aku "tersenyum" kepada satpam kluster yang membukakan portal untukku. Aku tatap matanya, aku balas senyumannya dengan mataku...

Yah, kalo orang lain bisa "membunuh" dengan matanya, maka kita pun pasti bisa membuat orang lain senang dengan mata kita... Itu lebih baik kan ?!....

2 Comments:

At October 24, 2007 at 1:02 PM, Anonymous Anonymous said...

Bun .. saya juga pernah mengalami pengalaman yang mirip .. kadang memang orang itu gampang sekali "merendahkan" orang lain ... meski hanya dari cara dia memandang.

Penampilan kita, kayak Bunda kebetulan lagi naik sepeda karena di perumahan sendiri ... karena pakai jilbab .. penilaian langsung beda dibanding kalau kita naik sedan mewah dengan asesoris blink - blink ...

Capek deh Bun ngadepin orang seperti itu ...

Bener banget juga Bun .. lebih indah menebar senyum dan memandang ramah ... karena sebenarnya apa yang kita sebar akan kita tuai nantinya khan Bun ...

 
At October 24, 2007 at 5:58 PM, Blogger Neng Keke said...

Jangan-jangan sebetulnya ibu sedan itu naksir sepedamu, Jeng Eva... Pengen nanya beli di mana kok gengsi, makanya cuma bisa ngeliatin doang :)) Happy cycling!

 

Post a Comment

<< Home