Benarkah tidak ada pilihan yang salah ? Benarkah semua pilihan itu benar di saat kita yakin menjalaninya ?

Hampir runtuh anggapan ku itu ketika merenungkannya. Yah, seharusnya memang ada yang menuntun manusia untuk memilih. Manusia tidak bisa seenaknya memilih dan menganggap bahwa konsekuensi pilihannya itu cuma dirinya saja yang menanggungnya.

Yakin kalau semua yang kita jalani tidak berpengaruh kepada orang lain ? Benarkah manusia hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri ? Benarkah tidak ada yang akan terluka dengan pilihan yang kita buat ? Siapa yang sebenarnya harus dikorbankan, diri kita sendiri atau orang lain ?

Pilih uang atau keutuhan keluarga ?...

Pasti kebanyakan dari kita akan memilih keutuhan keluarga. Tapi jawaban ini tidak akan sebegitu mudahnya untuk dipilih oleh seseorang yang “merasa” sudah kekurangan uang hampir seumur hidupnya…

Apakah benar ketika orang sudah merasa bosan dengan kesulitan hidup dia akan cenderung berpikir pendek ?... Tapi bukan kah itu sesuatu yang wajar, toh memang hidup ini butuh uang ?.. Bukankah yang namanya prioritas itu berbeda ? Apakah memang ada sebuah standarisasi dari sebuah urutan prioritas ?.. Kebahagiaan ? Hati Nurani ? Apa ?..

Kenapa manusia selalu dihadapkan dengan dua pilihan yang membingungkan ? Darimana kita tahu bahwa pilihan itu benar atau salah ? DIA-kah yang akan memberitahu kita ? atau kita memang harus memilih dan membayar “harganya” ?

Jadi ketika akhirnya dia melangkah memilih uang dan meninggalkan keutuhan keluarga dibelakangnya, aku hanya berusaha untuk memahaminya. Jujur, aku hanya kasihan sebenarnya melihat dia meninggalkan semua yang sudah ada dalam genggamannya. Tapi mau bagaimana lagi, aku bukanlah nabi pembawa nasehat, juga bukan seorang malaikat pembawa pesan. Yang bisa aku lakukan hanyalah mencoba untuk “berada dalam sepatunya” sekarang.

100% aku tidak mengerti, ketika sebuah tatanan moral (yaitu keutuhan) yang sebegitu mulia harus kalah dengan uang. Sepertinya dia tidak peduli lagi akan kehilangan segalanya demi uang. Dia sudah merasa teramat bosan dengan kemiskinan. Dia yakin bahwa uang bisa membeli masa depannya, bisa membuat keluarganya akan utuh kembali kelak.

Jodoh, itu saja kata kuncinya. Kalau sudah berjodoh dia merasa yakin akan dipersatukan kembali dengan keluarganya. Kalaupun tidak, maka ini adalah takdir. Benarkah ini takdir ? Bukan lah konsekuensi dari sebuah pilihan ? Kenapa bisa begitu mudah menyalahkan takdir atas kesalahan pilihan yang kita buat. Bukankah takdir itu adalah hasil dari perbuatan manusia sendiri ?.

Aku menganggap bahwa takdir sebenarnya adalah hasil “pilihan” manusia. Takdir tidak diturunkan begitu saja dari langit dan diterima oleh manusia begitu saja di bumi. Takdir yang terjadi pada kita kelak pasti adalah hasil dari pilihan-pilihan hidup yang sudah kita jalani saat ini.

Tapi pada siapa kita bisa menetapkan pilihan ? Untuk kepentingan diri sendiri atau untuk kepentingan orang lain ? Benarkah manusia bebas 100% untuk memilih ?

Saat akhirnya dia lebih memilih uang daripada keutuhan keluarganya, aku hanya bisa menangis kecil dalam hati. Tiada siapapun yang akan tahu saat ini apakah pilihannya benar atau salah. Sesungguhnya hanya waktu yang akan menentukannya..

Jangan salah memilih !

0 Comments:

Post a Comment

<< Home