Kita -Perempuan- dan Uang (kisah 2)
Thursday, November 15, 2007
Ketertarikanku pada hubungan antara uang dan perempuan merupakan suatu kebetulan. Sekian banyak blogwalking di sela-sela kesibukanku, sekian banyak membaca cerita hari-hari teman2 maya, sekian banyak mengobrol dengan para teman perempuan, membuat aku mengambil kesimpulan bahwa “berbagai macam perempuan berarti berbagai sudut pandang juga tentang uang”.

Ada seorang teman, siang itu di toko nya di sebuah mall di kawasan Taman Mini dia bercerita padaku bahwa sudah sejak 3 tahun dia begitu terobsesi mempunyai usaha sendiri. Saat ini dia sedang giat-giatnya mengurusi toko pertamanya. Dulu dia adalah seorang pekerja kantoran, mempunyai gaji tetap dan tunjangan kesehatan sendiri. “Suamiku hampir tidak pernah tahu untuk apa saja uang gajiku aku pergunakan. Aku bebas, Va. Aku bisa menabung, aku bisa belanja ini-itu, bisa menyenangkan anak ku dengan keinginannya”

Buat perempuan ini uang berarti ”kebebasan”. Kalau perempuan teman ku yang lalu menganggap uang adalah berarti “rasa aman”, maka pada aspek “uang adalah kebebasan” inilah aku menyadari sangat berartinya uang buat seseorang. Dia bercerita bahwa dengan memiliki uang sendiri mempunyai arti yang lebih luas bagi seorang perempuan. Ini sekaligus menunjukkan keberdayaan perempuan dan kemandirian perempuan.“Gak hanya dengan bekerja kita bisa mencari uang, Va..Bisa dengan berwiraswasta sepertiku sekarang”.

Tanpa sadar aku pandangi sekeliling tokonya. Mmmh..toko yang cukup manis dengan berbagai produk keperluan rumah tangga bergantungan disana-sini. “Emang sih hasil tokoku sekarang belum menyamai gajiku dulu. Tapi setidaknya sekarang aku bebas menentukan mau seberapa banyak uang yang aku hasilkan”. Dia menjaga toko ini sendiri mengelolanya sendiri, yah seperti yang dia katakan dia benar-benar “bebas” sekarang.

“Kebebasan” hal yang semu sebenarnya. Tapi banyak orang menganggap bahwa “bebas” berarti dia bisa menentukan nasibnya sendiri, bahwa “bebas” berarti dia bisa menentukan mau nya sendiri. Dan seringkali orang mengaitkan “bebas” dengan “uang”. Menghasilkan uang berarti Mandiri, menghasilkan uang berarti Berdaya. Menghasilkan uang berarti Bebas. Itulah anggapan umum orang saat ini.

Kembali ke temanku tadi, aku melihat benar-benar sudah bebas dia sekarang. Baginya keputusan nya untuk berhenti kerja tidak mengubah apapun dalam dirinya. Toh saat ini dia masih “mandiri” dan “berdaya”. Toh saat ini dia masih bisa menghasilkan uang. Dia masih bebas sekarang.

Seperti halnya pada seorang laki-laki, uang dan pekerjaan memang memegang peranan penting dalam kehidupan. Berapa banyak seorang laki-laki merasa depresi karena tidak mempunyai pekerjaan tetap atau tidak mempunyai penghasilan tetap. Tapi seperti dua mata koin yang berbeda, banyak juga laki-laki yang melepaskan pekerjaannya dengan alasan bosan, tidak menikmati pekerjaannya karena tujuannya hanya mencari uang, ingin bebas menentukan nasibnya sendiri dan lain-lain.

Keinginan untuk bebas yang hanya berdasarkan uang ternyata sering tidak bertahan lama. Seharusnya “bebas” ya berarti “bebas”. Tidak ada yang membatasinya baik itu uang, rasa bosan ataupun segala hal yang berbau fisik. Tidak berarti perempuan pekerja kantoran tidak “bebas” dalam hidupnya. Tidak berarti juga seorang ibu rumah tangga juga “bebas” dalam hidupnya. Tidak berarti juga perempuan pengusaha bisa “bebas” dalam hidupnya.

“Bebas” seharusnya lebih mendengar kata hati, menjalani apa yang kita senangi dan menjalani hari-hari dengan keikhlasan. Ada yang mau komentar ?....

2 Comments:

At November 17, 2007 at 8:18 PM, Blogger Unknown said...

bebas berarti menikmati menjadi diri sendiri. tanpa frame, tanpa embel-embel.
salam kenal,
moz5 yulia

 
At November 20, 2007 at 6:06 PM, Anonymous Anonymous said...

uangmu uangku, uangku ya uangku.
utangku utangmu, utangmu ya utangmu..hehehe, curang dot com.

 

Post a Comment

<< Home