Pernah Bersepeda 70 km dalam Sehari ?
Thursday, November 01, 2007
Aku pernah !

Aku lakukan ini berdua dengan pak Rais secara teratur sebulan sekali sejak 2 bulan yang lalu !....

Menyusuri rute Gelora Bung Karno – Monas – Gelora Bung Karno - Kota Wisata ditempuh dari jam 7.00 – 13.30 WIB diselingi dengan istirahat beberapa kali, makan siang dan sholat Dzuhur…

Bagaimana rasanya ?... Menakjubkan !..Karena tidak pernah mengira hal yang tidak terbayangkan sebelumnya ternyata bisa aku lakukan. Pagi-pagi kami berdua berangkat dengan menumpang taksi menuju Gelora, berangkat dengan hati dan niat yang mantap. Tekadku adalah jarak 70km harus berhasil aku lewati setelah sekian bulan “pemanasan” bersepeda 10km setiap harinya… Tidak ada rasa ragu ataupun sangsi hanya ucapan Bismillah mengiringi kayuhan pedal pertama pagi itu… Harus bisa !

Ternyata bersepeda di jalan raya totally 180 derajat berbeda dengan bersepeda di dalam komplek perumahan. Tantangannya beda, sensasinya pun beda… Kilometer pertama aku tempuh dengan santai di jalur cepat Jl. Thamrin yang memang ditutup saat hari Minggu untuk berolahraga. Tidak ada halangan yang berarti di kilo-kilo pertama itu hanya tanjakan di Dukuh Atas melewati patung Jendral Sudirman yang membuatku agak terengah-engah..Tapi semuanya bisa aku atasi dengan baik… 35 kilometer pertama Gelora Bung Karno – Monas – Gelora Bung Karno berhasil aku lewati dengan mulus !...

Ahh keciiil, jarak segitu kan hanya 3x lipat dari kegiatan rutinku bersepeda setiap hari, begitu pikiranku saat itu…..

"Ini sih cuma nambah-nambahin keringet aja, Yah" kataku pada pak Rais yang tersenyum-senyum simpul di sampingku. Tentu saja bagi suamiku jarak 70 km hampir tanpa arti. Dia biasa ber-b2w 3 x seminggu (Kota Wisata - Rasuna Said pp) dan setiap dua kali sebulan bersama gengnya menjajal Kota Wisata - Jonggol (55km) dengan tanjakan-tanjakan mautnya yang panjang tanjakannya bisa mencapai 8 km .

35 kilometer kedua aku menyiapkan mentalku sedemikian rupa. Pak Rais sudah mewanti-wanti ku untuk meningkatkan kewaspadaan untuk etape kedua ini. “Jeng harus lebih waspada ya. Staminanya sudah mulai menurun”, begitu katanya mewanti-wanti.

Benar saja, etape kedua ini benar-benar berat bagiku. Ternyata perjalanan menuju rumahku di Kota Wisata lebih banyak menanjak daripada saat etape pertama tadi...Fiuuuhh, tanjakan memang menantang. Setiap kali menanjak akan langsung kurasakan pedihnya otot pahaku menggenjot sepeda. Walaupun gear sepedaku sudah cukup canggih dengan 21 tingkat kecepatan untuk berbagai medan, tetap saja yang namanya otot paha bergetar hebat saat menggenjot.

Ternyata banyak tekhnik bersepeda yang belum benar-benar aku kuasai. Bagaimana caranya menaiki tanjakan beraspal, tanjakan berbatu, menuruni jalan berbatu dan berlobang, Wawwww seakan aku baru saja belajar bersepeda saat itu. Terseok-seok mengikuti laju sepeda abu-abu suamiku yang selalu meninggalkanku hampir 1 kilometer di depan. Terengah-engah menaiki tanjakan di Jati Asih yang kemiringannya hampir 45 derajat dan berteriak kegirangan ketika menuruninya.

Duh sensasinya..Dengan gampang aku bisa menyalip kendaraan bermotor di tanjakan berlubang. Sambil tersenyum aku bunyikan belku pada pengendara motor yang tertinggal di belakangku. Senangnya .... ! Dengan muka kecut juga aku tersenyum ketika di daerah Halim serombongan anak kecil bertepuk tangan untukku sambil berteriak "Misis misis, mampir dong...." hehehehe.. Ternyata kata suamiku dia pun sering diteriaki "Mister mister" di sana oleh rombongan anak-anak itu.

Akhirnya setelah berhasil mencapai rumah dengan selamat, tidak ada sama sekali rasa pegal di kaki. Yang ada hanya kepuasan dan kebanggaan bisa menaklukan jalan dan terutama menaklukan diri sendiri...

Ketagihan, itu pasti !... Mau jajal kemampuan ?....Yuk ikutan !...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home