Brina diwisuda
Tuesday, June 24, 2008
Brina diwisuda ! Walau baru lulus TK, tapi aku yakin ini adalah tahap terpenting dalam hidup bidadari kecilku ini.



Selamat ya Nak...
Jalanilah hidupmu dengan penuh semangat, kejujuran dan ketakutan kepada Nya..
Sungguh, Ayah dan Bunda tidak pernah berharap apapun kepadamu
Hanya satu permohonan bahwa kelak kau akan bersama-sama kami di kehidupan sana.
Jalani terus hidupmu apapun yang terjadi di depanmu ya Nak..
Jangan pernah takut dan mengelak kepada halangan
Karena dengan begitu kau akan bertambah matang dan kuat
Apapun kamu, bagaimana pun kamu, Ayah dan Bunda tetap mencintaimu..:)
Dagang Bukan untuk 'Hidup'
Sunday, June 15, 2008
"Kalo ada kesempatan, mau gak jadi pedagang beneran, Va?"
Uups, pertanyaan yang membuatku agak berfikir, apakah saat ini aku belum jadi pedagang 'beneran' ya ?

Ya bener juga sih, kalo dipikir-pikir, berapa keuntungan yang aku dapat sejak memutuskan berbisnis 7 tahun lalu belum pernah aku kalkulasikan secara sungguh-sungguh. Kebanyakan hasil bisnis itu akan kembali aku belikan barang dagangan supaya aktivitas dagangku 'muter' terus.

Nyatanya emang begitu kan ? Mau tanya deh, berapa banyak uang tunai yang ada dalam rekeningku dari hasil keuntungan aktivitas berdagangku selama 7 tahun ini ? Wiiihhh bikin malu, karena angka itu tidaklah seberapa.

Terus pernah ndak aku menghitung berapa aset yang aku miliki sebagai seorang pedagang ? Menghitung berapa barang dagangan yang masih aku miliki saat ini ? Apakah modal terakhir yang aku keluarkan sudah kembali ? Atau apakah aku sudah menghitung laba aktivitas berdagangku selama sebulan ini ?

Sempat kaget ketika seorang teman pedagang ternyata tidak mempunyai sama sekali tabungan dari aktivitas berdagangnya. Terus kemana aja uang hasil dagangan kamu selama ini ?, tanyaku heran. Berbagai point pengeluaran dia sebutkan, mulai dari A sampai Z. Tapi benarkah semuanya habis sampai tidak ada lagi cadangan dalam tabungan nya ? Benarkah semuanya habis sehingga dia sama sekali tidak punya uang untuk menambah modalnya tanpa harus meminta dari suami ?

Terus buat apa ya kita berdagang kayak gini, kalo sebagai perempuan kita tidak punya 'uang cadangan' sendiri ?

Mungkin inilah kelemahan pedagang perempuan yang berdagang bukan untuk hidup. Aku pun termasuk golongan ini. Kita sering menganggap remeh dengan yang namanya cash flow.

Biar bagaimana pun salah satu alasan ku berdagang adalah untuk membantu ekonomi keluarga, agar aku bisa membantu suami tanpa harus meninggalkan rumah. Tapi kalo ternyata sumbangsih ku terhadap perekonomian keluarga tidak ada, buat apa aku teruskan lagi kegiatan ini ? Terus kalo ternyata untuk menambah modal berdagang saja aku harus 'menadah' lagi ke suami, buat apa aku melakukan semuanya lagi ?

Terus gimana dong ? Masih mau jadi pedagang 'tanpa hasil' atau mau berhenti saja ?

Gak gitu juga.. Jawabannya ternyata lebih ribet daripada pertanyaannya. Ada yang tahu ?
Bisnis; Gak Punya Perasaan
Friday, June 13, 2008
Satu lagi seorang teman bilang bahwa 'aku adalah orang yang tidak punya perasaan'. Benarkah ?

Sebenarnya kalo mau 'dirasa-rasa' semua hal di dunia ini nyaris akan menjadi masalah buat kita. Bukan maksudku untuk memilah-milah ini-itu yang harus 'dirasa', tapi aku hanya gak mau capek dan terbebani oleh sesuatu yang tidak menjadi prioritasku.

Deal itu hampir saja closing, tapi karena sesuatu hal deal bisnis ratusan juta itu terbang dari tanganku. "Gak masalah", begitu kataku kemarin. Dan seluruh temanku serempak menggelengkan kepala. "Kamu harus minta kompensasi, Va, Gak bisa seenaknya mereka melepas begitu saja apa yang sudah kamu kerjakan selama ini"

Hmmmh buat apa ? Kompensasi ? Cuma bikin capek hati dan mungkin total of cost nya nanti akan lebih besar dari besar kompensasi yang aku terima. Bukan berarti juga aku tidak menghargai apa yang sudah aku kerjakan, bukan berarti juga aku tidak menghargai diriku sewajarnya, tapi dari awal sejak proses bisnis ini berjalan, aku sudah 'membatasi' hatiku untuk tidak terlalu berharap.

Apakah itu berarti aku tidak bersikap optimis ? Gak juga. Tapi segala hal di dunia ini bukanlah kita yang mengatur. Maksud hati memang sudah membayangkan uang puluhan juta yang akan aku raih, tapi kalo si Dia tidak berkehendak, aku mau apa ? Itulah kenapa aku berusaha memagari hatiku dalam segala hal.

Seringkali kita berharap sesuatu terlalu banyak. Tapi manusia sebenarnya punya porsinya masing-masing. Yang sudah pas ukurannya dan dibuat oleh sebuah kekuatan yang mengendalikan hidup kita. Kita tinggal menjalani, tinggal melangkah dan tinggalkan saja di belakang harapan yang terlalu muluk dan mengawang. Banyak orang kecewa ketika sadar bahwa bisnis ini ternyata tidak 'segampang' yang dia kira. Memang gak gampang, tapi kenapa kita tidak mencoba menjalaninya saja ? Tanpa mengharap hasil, tapi juga berjaga agar tidak merugi. Cukup itu sebagai langkah awal.

Melibatkan terlalu banyak perasaan pada sesuatu, apalagi pada sebuah kata bernama 'bisnis', akan mengaburkan tujuan besar kita sebenarnya. Kalau memang tujuan kita adalah uang maka melibatkan perasaan adalah kesalahan yang terbesar. Karena kita akan langsung terbanting dan hancur ketika berhadapan dengan kata gagal. Buatlah sebuah tujuan yang lebih besar dari sekedar uang untuk memotivasi kita. Apapun itu, asalkan itu adalah hal yang baik maka bisa saja menjadi sebuah tujuan.

Jadi kalau yang lain bilang aku gak punya perasaan, mungkin karena dia hanya melihat dari sisi 'kehilangan uang' saja. Tapi sungguh, banyak yang kudapat dari proses follow up kemarin. Mungkin terlalu absurd dan muluk, tapi yang kudapat benar-benar tidak ternilai.
Puzzle Terkutuk
Wednesday, June 04, 2008
Akhirnya potongan-potongan bangkai itu terangkai sudah. Akhirnya aku dapat melihat kebusukan yang sudah begitu lama tersimpan rapat. Jijik, lega, heran tak habis pikir dan lemas, adalah gambaran perasaanku saat itu. Teka-teki itu terjawab sudah !

Sebenarnya semua ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ku. Bisa saja aku bersikap masa bodo tak peduli dengan apa yang terjadi. Meludah sambil memalingkan muka sebenarnya adalah sikap yang sudah aku ambil sejak awal. Tapi kenapa aku terseret juga dalam masalah ini ?

Terus terang, aku sudah lelah mengumpulkan potongan-potongan puzzle ini satu persatu. Capek ! Seperti tiada habisnya syaraf ini dikejutkan dengan fakta-fakta yang ada. Saat aku mengira tidak bakalan ada lagi fakta yang terungkap, pada saat yang bersamaan muncul fakta baru yang sama sekali tidak pernah aku kira. Kenyataan baru yang lebih menjijikan, kenyataan yang membuat aku ingin muntah !.

Ingat dulu waktu orang itu dengan seenaknya menuduhku memfitnah dirinya. Aku memang tidak punya bukti saat itu. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku lebih percaya kepada hatiku daripada dengan mulutnya. Ingat dulu bagaimana orang itu 'bersandiwara' sok suci di depan orang tuanya. Di depan orang tua yang juga aku hormati dan aku sayangi.

Sebegitu sakitnya aku menghadapi tuduhannya sebagai pemfitnah. Tapi aku yakin waktu akan menyingkapkan segalanya. Aku hanya yakin bahwa walaupun begitu rapat dia menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Aku cuma sabar dan menunggu 'saat' itu tiba.

Dan sekarang, sewaktu semuanya sudah tersingkap, sewaktu puzzle itu sudah utuh di depan orang banyak, bingung aku bagaimana aku harus menyikapinya. Di satu sisi aku mempunyai beban moral untuk 'mempertanggunjawabkan' pembuktian dari kecurigaan ku dulu kepada sepasang orang tua dengan muka yang menyimpan berat, juga kepada sebentuk wajah suamiku yang menyimpan lara, tapi di sisi lain ini bukanlah masalahku. Untuk apa aku memporakporandakan hatiku kepada sesuatu yang dulu sudah menyakitkan hatiku ? Toh ini bukan urusanku dan aku tidak pernah mau jadi bagian dari aib besar ini.

Mungkin inilah yang namanya pengorbanan dari cintaku. Dimana mencintai berarti juga menerima apapun yang berderet di belakang kekasih tercinta itu dengan ikhlas. Walau ingin kumuntahkan semua isi perutku karena jawaban teka-teki ini, walau hatiku sudah tersakiti karena dituduh sebagai pemfitnah.

Biarlah kusimpan rapat-rapat rasa jijik ku untuk kumuntahkan pada waktunya nanti. Mungkin kali ini aku harus ikut serta dalam membenahi puzzle terkutuk ini. Mungkin kali ini aku harus mendampingi dia untuk mampu menutupi aib besar keluarga, Mungkin kali ini aku harus bersabar untuk kekasih hati ku...

I love you, buy....
I love you now, yesterday, tomorow
and forever..
(Jeng akan selalu ada disampingmu menyelesaikan masalah ini)