Kios Pertama Kami
Tuesday, October 30, 2007



Iseng mengobrak-abrik file foto lama. Ketemu dengan beberapa foto kios pertama kami yang kami dirikan tidak lama setelah menikah. Kios pertama itu punya banyak kenangan di dalamnya, karena di sanalah untuk pertama kali aku mempunyai bisnis sendiri.

Aku ingat sekali, setiap sore jam 15 aku selalu datang ke sana untuk ikut menunggui kios walaupun sudah ada pegawaiku yang bertugas. Aku cuma pengen tahu bagaimana para pelangganku. Aku cuma pengen menyatu dengan bisnisku. Aku akan ikut menjaga kiosku sampai jam 21 sampai uang hasil transaksi hari itu terkumpul. Terkadang hasilnya banyak, terkadang hanya cukup untuk menutupi ongkos operasional hari itu. Berwarna sekali hidupku saat itu. Setiap hari aku jalani hal itu, terus menerus hari demi hari.

Melayani pelanggan adalah hal lain lagi. Benar-benar aku digembleng menjadi pedagang di sana. Hilang semua statusku sebagai seorang lulusan universitas terkenal di saat aku sedang menjaga kiosku. Yang ada hanyalah aku seorang pedagang yang harus melayani pelanggannya bagai raja.

Maka aku tidak pernah percaya bahwa kita bisa menjadi seorang pedagang tangguh hanya dengan membiarkan pegawai kita melakukan segalanya. Menjadi seorang pedagang berarti ikut terjun dalam usaha kita, ikut serta di dalamnya. Menjadi pedagang berarti ikut menjaga toko kita, ikut berada di dalamnya. Menjadi pedagang bukan hanya berarti "bersembunyi" di belakang meja.

Keluar dari meja mu, tatap mata orang-orang dan tawari orang-orang barang daganganmu !...
"Gitu aja kok repot !" begitu tanggapan saya kepada seorang teman yang tadi malam curhat berjam-jam mengenai kondisi keuangan rumah tangga dan bisnis nya..
Sang teman tadi sempet agak ngambek mendengar respon "asal" dariku tapi ketika aku jelaskan pelan-pelan barulah dia mengerti maksudku yang sebenarnya.

Kita, manusia, memang sering banget disibukkan dengan tujuan-tujuan hidup yang seakan tiada habisnya. Udah punya mobil 1 mau tambah jadi 2, udah punya gaji 10 juta mau gaji 15 juta, udah punya rumah mungil yang cantik kayaknya masih kurang mentereng dan sebagai nya dan sebagainya...

"Kecanduan tujuan", ini singkatnya. Seperti tak pernah cukup apapun yang sudah diraih hari ini. Belum mantap yang satu sudah melakukan yang lain. Belum lurus jalannya yang satu sudah ngejalanin yang lain. Semua ingin direngkuh dalam waktu singkat, semua ingin dipeluk dalam satu pelukan.

Apakah salah mempunyai tujuan atau target dalam menjalani sesuatu ?... Tidak ada yang salah dengan yang namanya target. Tapi target adalah sebuah proses, butuh waktu, butuh cucuran keringat dulu, butuh rasa bersyukur dulu. Kenapa seakan manusia begitu cepat ingin melakukan segala sesuatu ? Bukankah sesuatu itu akan manis pada waktunya ?

Kita hidup di hari ini. Pikirkan saja dulu hari ini beserta rasa syukur yang harus kita lakukan karena nya. Bukan ! ini bukan seperti orang-orang yang menghabiskan uang hasil jerih payahnya hari ini dalam semalam. Tapi "Yang Penting Hari Ini" membuat kita lebih jernih dalam menilai achievement yang telah kita lakukan saat ini pada detik ini.

"Kecanduan Tujuan" membuat manusia seakan selalu dikejar-kejar oleh target. Dan target membuat kita seakan hidup dalam kerja tak berkesudahan. Bukankah memang hidup ini untuk bekerja ?... Benarkah ?.. Benarkah tidak ada hal lain yang lebih berharga dibandingkan uang ? Benarkah tidak ada yang lebih berharga dibandingkan materi ?

"Gitu aja kok repot" , begitu kalimat pertama yang keluar dari mulutku malam tadi mengomentari keluhan panjang sahabat.

Kalo memang belum cukup untuk membeli rumah ya ngontrak aja dulu !.. Kalo memang belum cukup untuk memperbesar toko nya, ya jalani saja dulu apa yang ada !.. Kalo memang belum mampu menyekolahkan anak di sekolah terbaik, ya sekolah di sekolah yang biasa saja, tidak masalah !..Kalo memang belum bisa ya jangan dimulai !...

Bukan uang jawaban semua masalah, bukanlah materi, bukanlah besar gaji yang diterima, bukanlah anak yang cum laude, bukanlah toko yang berjejer, bukanlah semua hal ini jawaban dari semua masalah.

Kebahagiaan sesungguhnya terletak di hati kita. Kepuasan itu ada di dalam hati kita. Kesuksesan juga sebenarnya ada di dalam hati kita. Kalo kita kaya raya dengan uang berlimpah, bisnis di sana sini tapi hati kita tidak tenang, kita tidak pernah bersyukur, kita tidak pernah berbagi kepada orang lain, apakah ini yang namanya sukses ?...

Apa istimewanya uang ? Itu hanyalah alat tukar dalam jual beli. Apa istimewanya jejeran toko yang kita punyai ? Itu hanyalah status di dunia.

Semua ini hanya sementara...
Kapan Aku Merasa Sexy ?
Thursday, October 25, 2007
Hihihihihi... Pertanyaan ini tiba-tiba saja keluar dari pikiranku saat sedang membaca sebuah buku tentang pernikahan.

Duh, udah lama banget rasanya pertanyaan model begini tidak pernah aku tanyakan kepada diriku. Padahal dulu semasa gadis, aku sering merasa sangat cantik setiap memakai baju berwarna marun. Kayaknya marun itu pas banget deh sama kepribadianku yang ceria tapi gak meledak-ledak. Kayaknya marun itu pas banget dengan warna kulitku. Pokoknya aku merasa cantik dan PD banget kala memakai baju berwarna marun.

Aku juga pernah merasa sangat cantik saat aku memakai baju pernikahanku. Baju adat Palembang yang tertutup dari ujung rambut sampai ujung kaki. Walaupun aku tidak melakukan perawatan yang "nganeh-nganeh" menjelang hari pernikahan, gak pake luluran berhari-hari, gak pake diet macem-macem, gak pake maskeran ini itu tapi sepertinya semua mata memandang penuh kekaguman kepadaku..hehehehehe

Aku juga pernah merasa sangat cantik dan bergairah di saat aku sedang menyusui Brina dan suamiku duduk di sampingku sambil memijat-mijat punggungku. Rasanya kok melayang melihat dua orang terkasih berada begitu dekat dariku. Sepertinya aku merasa sangat dibutuhkan, sangat dicintai saat itu... Itu bertahun-tahun yang lalu...

Seorang saudara sepupu juga pernah memujiku 2 tahun lalu. Bukan memujiku cantik atau sexy, dia bilang aku sangat "berbeda". Itu terjadi saat aku berhasil menurunkan berat badanku 20kiloan berkat diet nutrisiku. Entah apa maksudnya "berbeda", tapi yang kurasakan aku memang jadi orang yang berbeda saat itu. Aku merasa lebih fresh, lebih enjoy menikmati hidup dan lebih yakin aku bisa menjalani semuanya. Seperti kata Oprah Winfrey bahwa seorang perempuan bahkan bisa memindahkan gunung kalo dia berhasil menjalankan dietnya. Yah, karena ternyata berdiet itu sangat sulit. Bukan hanya soal makanan, tapi soal perubahan perilaku dan kemauan kita mau berubah. Ini yang membuat tidak semua orang bisa berhasil dalam dietnya. Banyak orang yang kelebihan berat badan tidak mau berdiet, karena dia takut/malas/tidak mau bergeser dari zona nyamannya. Tapi saat itu aku memilih untuk bergeser, aku memilih untuk berubah. Dan ternyata hasilnya aku menjadi orang yang "berbeda" bukan hanya dalam penampilan fisikku tapi juga dalam cara aku memandang hidup. It's worthed !...

Tapi sexy ? Wahhh kapan ya terakhir kali aku merasa sexy ?... Kata "sexy" sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiranku akhir-akhir ini. Kesannya erotis dan sepertinya rumah tangga kami tidak terlalu membutuhkan hal-hal yang erotis lagi sekarang.

Setelah lama berpikir akhirnya aku mendapatkan beberapa "sexy time"-ku. Satu, saat aku sedang berkeringat sehabis berolahraga sepeda. Dengan kaos dan jilbab yang lepek oleh keringat dan nafas yang ngos-ngosan. Kedua, saat aku sedang berkumpul bersama sahabat-sahabatku, tertawa lepas bergosip ini-itu. Ketiga, saat suamiku mencium ku setiap dia baru pulang kantor, bau keringat bercampur parfumnya membuatku merasa diriku adalah perempuan yang paling cantik sedunia. Sepertinya itulah saat-saat aku merasa sebagai perempuan seutuhnya yang cantik dan sudah memiliki segalanya.

Karena "sexy" ternyata punya begitu banyak arti di dalamnya. Bukan cuma artian harfiah saja, tapi sexy juga bisa berarti seorang perempuan yang memiliki energi yang bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

Kapan anda merasa sexy ?....
Lirikan Mata
Tuesday, October 23, 2007
Percaya gak sih kalo yang namanya lirikan mata itu bisa "membunuh" seseorang ?....

Aku emang termasuk orang yang sensitif dengan bahasa tubuh lawan bicaraku. Karena yang namanya gak suka, suka, seneng, bosen, sebenarnya bisa terlihat LEBIH jelas dari bahasa tubuh seseorang dibandingkan dengan ucapan yang keluar dari mulutnya.

Sama deh dengan kalo kita lagi berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Misalnya di email atau di blog. Kalo kita gak pandai-pandai menata kalimat tulisan kita, maka orang lain bisa salah duga loh dengan maksud dan tujuan kita. Wong tujuannya memberi saran eh gara-gara bahasa tulisannya terlalu vulgar bisa dikira mengkritik. Beda jauh kan ya...

Beda dengan kalo kita berhadapan langsung. Bahasa tubuh "mengkritik" dengan "memberi saran" akan sangat terlihat beda. Penekanan ucapan dan kalimat yang kita pakai pun bisa berbeda arti. Apalagi bila kalimat kita tadi disertai dengan senyuman sekaligus tepukan di bahu. Maka ucapan yang "mengkritik" bisa langsung berubah kesan menjadi "memberi saran".

Dulu sih gak pernah terlalu percaya kalo yang namanya "lirikan mata itu bisa membunuh seseorang". Sampe pagi ini ketika baru saja menyelesaikan putaran kedua bersepedaku. Angka di cyclometerku sudah menunjukkan angka 9 km, yang berarti target 10 km/hari sebentar lagi tercapai. Tinggal mampir ke warung nasi uduk buat beli sarapan deh dan bisa langsung pulang ke rumah buat mandi. Alhamdulillah hari ini target 10km sudah tercapai lagi.

Sambil santai mengayuh sepeda, aku melamun mengingat-ingat lagi jadwal pertemuanku dengan para downline pekan ini. Siapa aja yang harus diundang, siapa aja yang kemaren udah diundang dll maklum udah hampir tanggal tutup point. Liburan panjang lebaran kemaren memang agak mengacaukan kerja team ku. Gak disangka lamunanku di kilometer terakhir tadi membuatku lengah saat sedang membelok di bundaran utama komplek kami.

"Ciittttt.. ", suara rem sebuah mobil sedan perak membangunkanku dari lamunan.
"Astaghfirullah....", hanya itu kata yang terucap dari mulutku.
Aku sempat terjatuh sedikit dari sepeda karena rem mendadak. Ya Alloh, untung gak terjadi apa-apa begitu pikirku ketika berdiri sambil membenahi sepedaku.

"Maaf Bu, saya yang salah" begitu ucapku kepada pengemudi sedan perak itu.
Tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulutnya. Yang dia lakukan hanyalah melirikku dengan pandangan tajam sambil memperhatikan diriku dari atas ke bawah.

Duh, pandangan nya itu loh, lirikan matanya itu loh.... Bukan, itu bukan pandangan marah, bukan juga pandangan merendahkan, bukan juga pandangan menyalahkan. Entah apa arti pandangan mata nya itu padaku. Aku hanya merasa hatiku mendadak dingin dan beku ketika bertatapan mata dengannya.

Inikah yang artinya pandangan mata "membunuh" ?. Di saat tidak ada kata yang terucap tapi hanya dengan bertatapan saja bisa membuat kita seketika tidak bisa berbuat apa-apa. Pandangan mata itu masih saja menghantui sepanjang perjalanan pulangku. Perutku terasa mual mengingat pandangan itu. Serasa seperti diaduk dan berputar di dalamnya.

Ngeri, cuma itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku. Kuputuskan segera pulang tanpa membeli sarapan dan mempercepat kayuhan sepedaku. Tidak lupa juga aku "tersenyum" kepada satpam kluster yang membukakan portal untukku. Aku tatap matanya, aku balas senyumannya dengan mataku...

Yah, kalo orang lain bisa "membunuh" dengan matanya, maka kita pun pasti bisa membuat orang lain senang dengan mata kita... Itu lebih baik kan ?!....
Laundry Kiloan dan Nasi Uduk
Sunday, October 21, 2007
Ada dua pemilik toko di Ruko komplekku yang sangat rame hari-hari belakangan ini. Yaitu penyedia jasa laundry kiloan dan penjual sarapan pagi.

Untuk laundry kiloan, aku sempet tergoda untuk memakai jasanya. Sekedar pengen tahu aja. Karena "si mba pulang hari" kami baru mulai masuk kerja pekan depan, iseng-iseng aku kumpulin cucian kotorku selama 5 hari dan terkumpullah 39 potong baju kotor dari berbagai jenis mulai dari 4 buah jeans sampai daster tidurku (tanpa pakaian dalam ya).

Setelah ditimbang ternyata 39 potong pakaian itu beratnya cuma 8 kg... Biayanya untuk 5 kg paket reguler (selesai 5 hari) adalah Rp. 34.000 sedangkan 6 kg-8 kg nya dihargai Rp. 8000/kg nya. Cukup murah ya, biaya segitu sudah termasuk biaya cuci sekaligus setrika. Ada beberapa layanan di laudry kiloan itu. Untuk yang paket ekspress (selesai 1-2 hari) memang biayanya agak mahal yaitu Rp. 44.000/5 kg pertama dan selanjutnya Rp.10.000/kg nya.

Banyak sekali pakaian kotor tertumpuk di sana saat itu. "Omset kami naik sekitar 50% setiap menjelang Lebaran, begitu kata si Encik pemilik laundry. Dia juga mengatakan bahwa laundrynya ini hanya bermodal 5 mesin cuci dan 4 mesin pengering serta 8 orang pegawai untuk mengontrol cucian dan menyetrika. Biasanya pegawai untuk menyetrika ini dia gaji harian dari penduduk setempat komplek perumahan kami. Gajinya sekitar Rp. 12.000-Rp.20.000/hari, tergantung pengalaman yang mereka miliki.

Untuk hari biasa diluar menjelang Lebaran biasanya si Encik cukup mempekerjakan 3 orang pegawai saja untuk mengontrol cucian dan menyetrika. Dan mereka adalah pegawai tetap, digaji bulanan bukan harian.

"Bisnis begini gak ada matinya, Bu", kata si Encik kepadaku. "Paling kita hanya harus hati-hati sama cucian supaya tidak tertukar antar pelanggan. Kalo untuk baju-baju kebaya atau jas kami jarang menerimanya. Karena untuk baju-baju mahal kayak gitu, biasanya orang gak dateng ke laundry kiloan". Wah bener juga nih si Encik. Selain gak ada matinya, bisnis laundry kiloan ini juga nyaris tanpa resiko. Dalam artian, gak perlu banyak hal yang kita pelajari dalam membuka bisnis ini. Tapi ketika kutanyakan berapa lama balik modalnya, si Encik tidak bersedia menjawab, dia hanya nyengir lebar kearahku.

Satu lagi pemilik toko yang menangguk untung adalah penjual sarapan pagi. Ada satu toko nasi uduk yang sehari-harinya berfungsi sebagai restoran. Cuma dalam waktu 3 jam habislah 150 kota nasi uduk/nasi kuning di sana. Mangkanya sejak jam 6 pagi, biasanya Rais sudah nongkrong di depan toko tadi ikut mengantri.

Sebenarnya harga nasi uduk di toko itu cukup mahal. Dengan berlauk telur balado/telor dadar + bihun + orek tempe + abon dihargai Rp.8500/kotaknya. Sedangkan untuk tambahan ayam goreng dihargai Rp.4000/potong, empal Rp.8000/potong dan gorengan seperti bakwan dan tempe,tahu dihargai Rp.1000/potong. Tapi mungkin karena orang bosen makan yang bersantan, harga segitu untuk variasi makanan yang lain dari biasanya tidak menjadi masalah. Ditambah lagi belum pulangnya para mba dari kampung masing-masing menjadikan orang cenderung tidak mau repot dengan urusan makan. Tinggal beli saja, lebih praktis.

Mungkin bisnis-bisnis seperti ini bisa dijadikan bisnis musiman buat kita. Bisa diawali dengan menerima cucian kiloan dari tetangga terdekat kita saja dulu dengan modal 1 mesin cuci atau membuka meja menjual sarapan di depan rumah kita.

Jadi pengen juga punya bisnis musiman menjelang lebaran nih.. Mungkin bukan laundry kiloan tapi mungkin tempat penitipan anak atau jasa membersihkan rumah. Yah, siapa tahu..hehehehe
SD buat Shabrina
Friday, October 19, 2007


Emang sih masih bulan Oktober... Tahun ajaran baru memang baru akan dimulai bulan Juni tahun depan. Tapi entah kenapa ya, mungkin karena kebiasaan waktu Brina di Labschool dulu, yang waktu pendaftaran masuknya dimulai dari bulan November, setiap masuk bulan yang ada -ber dibelakangnya pasti otomatis aku dan suami akan ancang-ancang mencari-cari sekolah buat Brina.

Ada beberapa pilihan sebenarnya. Yaitu SD Islam Al Jannah di Pondok Ranggon (www.sekolah-aljannah.com) atau SD Islam Al Azhar 20 Cibubur (www.al-azhar.or.id). Kedua sekolah ini hanya berjarak sekitar 8 km dari rumah kami dan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit-an.

Sengaja kami memilih kedua SD ini karena kami melihat kurikulum dan fasilitas yang cukup baik buat sebuah institusi pendidikan dasar. "Gak ngasal", begitu deh istilahnya. Karena banyak sekolah yang asal aja namanya "sekolah" tapi tidak memahami bagaimana pendidikan yang baik untuk anak di setiap tahap usianya.

Misalnya, mosok anak usia Playgroup (2,5-3 tahun) udah disuruh duduk manis di bangku sambil memegang pensil.. Wah, Brina dulu di Playgroup Labschool gak ada tuh judulnya pegang crayon sekalipun dan belajar mengenal huruf/angka... Kegiatan sehari-harinya hanya bereksplorasi di setiap "sudut pembelajaran". Tidak ada satupun bangku dan meja di ruang kelas Playgroupnya waktu itu. Nyatanya saat ini di TK nya Brina termasuk anak pertama yang bisa membaca dan menulis sejak di TK A. Padahal tidak pernah sekalipun aku mengajarinya membaca dan menulis di rumah.

Walaupun memang kemampuannya membaca dan menulis Brina ini tidak bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan, tapi tetap saja kita bisa mencermati bahwa yang namanya proses belajar pada seorang anak memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Bukan asal sekolah, bukan asal mahal, apalagi bukan asal murah. Gak jaminan juga sih sekolah yang mahal itu bagus, apalagi pendapat "Gak papa deh sekolahin aja dulu di sekolah yang murah toh masih playgroup ini", wah ini pendapat yang lebih salah lagi..

Memilih sekolah anak itu gampang-gampang susah. Sekali lagi, bukan asal sekolah, bukan asal mahal apalagi bukan asal murah. Kita memilih sekolah anak kita berdasarkan "Apakah sekolah itu bisa memahami arti proses belajar mengajar. Apakah sekolah ini telah menerapkan kurikulum yang tepat buat usia anak kita". Ini yang penting. Gak peduli murah, gak peduli mahal tapi kalo anak umur 3 tahun sudah disuruh duduk manis di bangkunya dengan melipat tangannya di atas meja, mengerjakan selembar kertas tugas di depannya -padahal belum tentu di umur sekecil itu anak kita paham tujuan dari tugas yang harus dia kerjakan, padahal memegang pensil/crayon dengan benar pun anak kita belum sanggup melakukannya- maka sekolah ini sudah menerapkan paradigma belajar yang salah. Dan ini bukanlah sekolah yang "up to date" dalam kurikulumnya.

TK Brina saat ini pun (TK An-Nahl, Kota Wisata) menerapkan kurikulum yang sangat "membebaskan" anak. Ruang kelasnya lapang tidak ada satupun meja dan bangku di dalamnya. Hanya ada rak mainan, rak-rak buku dan papan besar penuh tempelan hasil karya siswanya di sana. Setiap bulan kelas Brina akan berganti tema belajar. Misalnya bulan ini temanya tentang alat transportasi, maka seluruh kegiatan belajar akan terpusat pada tema itu, baik pelajaran "bermain peran"nya sampai "outing" nya. Bahkan hiasan kelas nya pun akan berubah disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari.

Bagusnya lagi tidak ada pengkotak-kotakan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum disana. Sambil belajar tentang transportasi, anak pun bisa belajar doa sebelum naik kendaraaan dll. Menyenangkan sekali !... Sama sekali tidak bikin bosan anak.

Mana mau Brina disuruh untuk membolos walau hanya sehari saja. Walau sedang sakit sekalipun, Brina pasti berkeras untuk pergi bersekolah. Terkadang bikin sebel kita orang tuanya, masak lagi flu berat tetap berkeras minta sekolah. Setiap pagi pun tanpa disuruh, Brina akan langsung bangun tanpa harus dipaksa-paksa. Semangat sekali dia mandi dan sarapan sambil memakai baju seragamnya. Bagi aku dan suami, bersemangatnya Brina pergi ke sekolah ini adalah salah satu indikator bahwa sekolah tempat Brina belajar itu cocok dan tepat buatnya. "Sekolah itu menyenangkan", ini prinsip yang hendak aku tanamkan sejak dini pada Brina.

Tapi, tadi pagi saat aku dan Rais sedang ngobrol-ngobrol santai. Tercetus sebuah ide yang agak "nyerempet".

"Gimana kalo tahun depan Brina ikutan tes di SD IKIP, Jeng ?" begitu lontaran ide dari suamiku.
"IKIP Rawamangun ?... Gak kejauhan tuh ? Ntar Brina kecapekan gimana ? " sahutku sambil lalu
"Kan ada rumah neneknya di sana. Kalo dia capek tinggal nginep di rumah neneknya"

Eh, benar juga ya ide dari suamiku. Toh rumah mertuaku hanya berjarak 500 meter dari sana.

"Belum tentu juga lulus Jeng" kata suamiku lagi. Benar juga sih, aku terbayang betapa ketatnya persaingan masuk SD unggulan itu.
"Mau Brin, kamu sekolah di Rawamangun lagi bareng Ayyis, Aisyah, Raka ?" tanyaku pada Brina yang sedang duduk dipangkuanku sambil menyebutkan nama-nama teman sekelasnya dulu di Playgroup.
"Mau Bunda...Maksud Bunda aku sekolah di Labschool lagi gitu?" tanya nya.

Tinggal aku yang bingung sendirian sekarang hehehehehe.... Masak SD aja harus ikut tes ?... Kuat gak Brina sekolah sejauh itu ?.. Siapa yang nganterin-jemputin dia sekolah ?.. Gimana dong ? mau sekolah di Cibubur atau di Rawamangun aja ?...hehehehe...Mungkin bulan November besok, aku akan ajak Brina "keliling-keliling" memilih sekolahnya...

Biar bagaimana pun dia yang akan sekolah. Bukan aku ataupun ayahnya. Jadi pilihan 100% ada di tangan si bidadari mungil itu ...
Silaturrahim
Wednesday, October 17, 2007
Dari Sabtu sampai Selasa kemaren tidak henti-hentinya aku, Rais dan Brina pergi berkeliling mengunjungi sanak saudara. Sebuah rutinitas yang membuat capek sebenarnya. Tapi sungguh, bertemu dengan saudara-saudara yang sudah setahun tidak bertemu, makan kue yang hampir mirip di setiap rumah (kastengel, nastar, putri salju), makan lauk yang juga hampir sama (rendang, malbi daging, opor) adalah sebuah sensasi yang tidak bisa dilukiskan indahnya.

Buat Rais yang tidak terbiasa berkeliling setiap Lebaran, ajakan ku untuk berkeliling setiap Lebaran ini benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling. "Abis ini kita mau kemana lagi sih Jeng?" begitu selalu tanyanya dengan cemberut setiap kali kami selesai mengunjungi satu rumah. Dan aku dengan tenangnya dengan selembar kertas "rencana perjalanan" di tangan memberitahukan tujuan kami selanjutnya.

Hehehehee...Senang aja rasanya melihat dan menengok satu persatu sepupuku yang seabreg-abreg itu. Setiap tahun aku akan melihat "perubahan" kehidupan mereka. Ada yang tahun kemaren belum menikah, tahun ini sudah menikah dan mempunyai seorang bayi kecil. Ada lagi yang tahun kemaren masih seperti anak kecil, gak nyangka tahun ini sudah memperkenalkan pacarnya kepadaku.

Begitu pula dengan para uwak dan oom. Perubahan kesehatan mereka yang mulai menurun dari tahun ke tahun, perubahan kehidupan mereka, ada yang baru pensiun dan sedang hot-hotnya mengalami post power syndrome, ada yang toko kelontongnya tambah besar, ada lagi yang ternyata sudah lumpuh karena stroke, begitu banyak macam perubahan yang bisa kita lihat setiap tahunnya.

Momen silaturrahim setiap tahun seperti ini benar-benar tidak pernah aku lewatkan. Seperti papa dan mama dulu mengajari aku dan adik-adik saat kecil, Tidak masalah kalau kita sebagai yang lebih tua mengunjungi dan datang ke saudara yang lebih muda di hari Lebaran. Karena esensi silaturrahim adalah mempererat tali persaudaraan. Yah siapa tahu saudara kita yang lebih muda tadi tidak punya waktu untuk mengunjungi kita. Tidak ada salahnya kita yang punya kelebihan waktu mengunjungi mereka. Ini bukan masalah "siapa mengunjungi siapa", dalam silaturrahim tidak ada rumus seperti ini.

Dengan bersilaturrahim kita memperpanjang usia, itu saja keyakinanku sejak dulu.
Menjelang lebaran gini, agak ngenes ngedenger orang-orang di sekitarku "mengeluh" tentang pembantu mereka yang mudik. Ada yang terpaksa menawarkan THR sebesar 3 bulan gaji supaya si mba gak pulang di lebaran, ada lagi yang pontang-panting ambil cuti demi kerjaan rumah.

Tetangga sebelah rumah adalah seorang dokter kandungan dengan satu anak dan suami yang bekerja di Pekanbaru. Rencananya suaminya akan pulang hari ini dan berlebaran di Jakarta.

"Saya sih gak ambil pusing sama kerjaan rumah, Bu" begitu obrolan kami tadi pagi ketika tidak sengaja berpapasan diluar rumah. "Insya Alloh yang namanya kerjaan rumah ya mau dibikin berat ya berat, dibikin ringan ya ringan" kata tetanggaku sambil menyuapi anaknya. "Lagian Bu, semua ini bisa dikendalikan oleh saya sendiri. Mangkanya sejak dulu saya tidak mau bergantung pada pembantu"

Terus terang dia adalah orang pertama yang mengatakan hal ini kepadaku. "Kendali", sebuah kata yang cukup mahal ternyata di zaman ini. Setelah sejak beberapa hari ini aku mendengarkan keluhan dari adik ku, dari mama ku, dari sahabat ku dan dari sepupu ku tentang keluhan mereka menghadapi lebaran tanpa si mbak.

Sudah sejak lama aku memutuskan untuk memegang kendali untuk hal yang satu ini. Sejak menikah hampir 7 tahun yang lalu, kami hanya 1x mempunyai si mbak yang menginap dirumah itupun hanya bertugas menjaga Brina ketika aku masih harus bolak-balik kampus menjalani co-asst gelombang terakhirku.

Setelah aku lulus dan total 100% di rumah, kami memutuskan untuk mengambil si mba yang pulang hari. "Rumah tangga si eva gaya bule", begitu kata papaku mengomentari prinsipku..

Yah, ada benarnya juga. Dulu sih aku cuma berpikir praktisnya saja. Capek aja rasanya harus "makan ati" sama si mbak yang gak cocok sama kita. Capek aja rasanya harus deg-degan menunggu kepulangan dia sesudah mudik. Capek aja rasanya harus sana-sini cari pengganti kalo kita gak cocok. Itu aja alasanku untuk mengambil si mbak pulang hari sebagai asistenku, tidak mau capek dengan ini-itu...

Dengan si mbak yang pulang hari, sistem yang kita pakai adalah sistem pegawai saja. Dimana selama dia sedang bekerja, maka sikap profesional yang harus si mbak tunjukkan. Aku pun sebagai penggaji, juga tidak mau terlalu ikut terlibat dengan urusan-urusan pribadi dia. Jadi dia datang ke rumahku benar-benar hendak bekerja. That's all.

Ada untung ruginya juga berasistenkan si mbak yang pulang hari. Aku dan suami tidak bisa bepergian seenak kami. Untuk bepergian harus dengan planning karena harus mengajak Brina turut serta. Tapi yang menurut orang lain ini adalah "batasan" malah menjadi sebuah "keuntungan" buat keluarga kami.

Kami terbiasa merencanakan sesuatu dengan matang dan kami terbiasa untuk melihat sesuatu tidak berlebihan. Bukanlah sebuah persoalan besar, kalau memang tidak bisa mencari tempat tidur yang nyaman buat Brina selama perjalanan, misalnya. Atau bukan sebuah persoalan yang besar, bila aku tidak bisa bekerja di luar rumah seperti sebelum mempunyai Brina dulu. Kami sekeluarga terbiasa mentolerir hal-hal kecil dan beradaptasi dengan hal-hal yang buat orang lain menjadi "masalah".

Kendali, itu kata yang tepat. Kami sekeluarga tidak ingin ada sesuatu hal -yang seharusnya bisa dikendalikan- malah menjadi penghambat bahkan menjadi masalah terbesar kami. Mungkin lebih baik energi itu kami pergunakan untuk memperhatikan perkembangan Brina anak kami.

Dengan prinsip seperti itu, sampai sekarang aku hanya sempat 2x berganti si mbak. Yang pertama bekerja selama 4 tahun ketika kami masih tinggal di Rawamangun, dan yang kedua sekarang hampir 2 tahun bekerja dengan kami sejak kami sekeluarga pindah ke Kota Wisata.

Ah, itu kan kebetulan aja dapat mba yang bagus kerjanya, begitu pasti pendapat orang. Gak juga loh :) Kedua si mbak ini punya kekurangan masing-masing.

Bahkan untuk si mbak yang di Rawamangun, aku butuh sekitar 1 bulan untuk beradaptasi dengan dia. Kerjanya yang mau nya buru-buru aja, benar-benar membuatku harus bersabar mengajari dia. Tapi ya itu tadi, karena kami sudah berkomitmen untuk tidak membesar-besarkan hal-hal kecil, kekurangan si mbak tadi bisa sedikit demi sedikit diperbaiki. Bahkan "Rumah eva kayak dijilat setan", begitu kata adikku mengomentari betapa bersihnya rumahku tanpa debu yang melekat hehehehehe....

Si mbak yang kedua nyaris tanpa kekurangan. Dia sudah berpengalaman bekerja di rumah tangga puluhan tahun. Tapi karena sudah berpengalaman itulah terkadang dia tidak menyimak permintaan ku. Ada saja tugas yang ketinggalan dia kerjakan. Hal ini juga perlahan-lahan mulai bisa diperbaiki dengan aku "memecah" tugas yang harus dia lakukan dalam point-point kecil. Jadi dia tidak bingung dan bisa mengerjakannya dengan runut. Mungkin karena sudah agak berumur ya si mbak ini.

Ruginya yang lain dengan si mbak yang pulang hari adalah terbatasnya jam kerja mereka, karena biasanya di samping bekerja di rumah orang, mereka juga mempunyai tugas lain di rumah. Seperti si mbak Rawamangun yang harus segera membuka warung kecilnya sesudah bekerja dari rumahku. Sedangkan si mbak sekarang harus menjaga cucunya yang ditinggal orang tuanya bekerja. Si mbak pulang hari juga biasanya akan minta libur setiap hari Minggu. Terbatasnya jam kerja mereka ini membuat kami sekeluarga harus mandiri mengerjakan tugas rumah tangga. Seperti aku yang tetap harus menyapu rumah, mengepel dan mencuci baju setiap hari Minggu.

Apalagi biasanya rantang-rantang katering ku akan kembali setelah si mbak pulang. Sehingga harus aku sendiri yang mencuci dan merendam rantang-rantang itu setiap siang.

Gak mungkin dong, cuma gara-gara si mbak libur, maka setiap hari Minggu rumahku harus kotor dan cucian kotorku bertumpuk ?..hehehehe.. Biar bagaimana pun ini adalah rumah kami, keluarga kami, kami sekeluargalah yang paling bertanggung jawab terhadap keadaan kami. Bukan si mba, bukan siapa-siapa.

Alhamdulillah, kalau pada umumnya orang lain sedang deg-degan menunggu si mbaknya pulang sesudah mudik, atau kalau pada umumnya orang lain sedang kerepotan mencari pengganti si mbak, maka Alhamdulillah, sudah lama keluarga kami bisa memegang kendali terhadap hal ini.

Labels:

Bikin sebel, tapi cinta...
Sunday, October 07, 2007

"Ayah..tolongin jeng siramin taman ya... Tanggung nih bentar lagi mau maghrib, lagi godok sayuran", begitulah teriakan ku tadi sore.

"Masih basah kok tanahnya, Jeng..Gak usah disiram lagi. Tadi pagi kan udah disiram tamannya" jawabnya sambil lalu.

Gubrakkkkkssss... Asal banget sih jawabannya...Memang taman sudah kusiram jam 9 tadi pagi... Ayah asaaaallll, ini musim kemarau, bagaimana mungkin taman yang kusiram jam 9 pagi masih basah tanahnya di jam 5 sore ini. Ayah asaaalllll !...Jadilah sore itu sebelum berbuka puasa kutelan omelanku untuk aku keluarkan saat berbuka nanti hehehehehe.....


"Brina.. Mandi ya nak. Udah jam 16 nih..", begitu teriakanku sore itu.

"Bentar Bun, masih jam 15.58" jawab gadis kecilku dari dalam kamarnya.

Gubrakkkkssss...Sebel gak sih, apa sih bedanya 2 menit ? Agak menyesal juga aku ganti jam di kamarnya menjadi jam digital. Ternyata perbedaan 2 menit bisa sangat membuatku kesal hehehehehe....

Hmmm..orang-orang tercinta ini. Kadang bikin BT, kadang suka asal, kadang bikin sebel, tapi mereka berdua-lah orang-orang terdekatku saat ini. Bersama mereka berdua-lah aku menjalani hari demi hari. Dan berkat mereka berdua-lah hidupku sekarang jadi amat berarti.

Aku cinta keduanya. Aku sayang mereka.

Sepertinya kadar kekesalan ku akan langsung mengerut ketika kutatap langsung kedua mata mereka, suami dan anak-ku... Tiada yang lebih berarti dari kehadiran mereka dalam hidupku. Kesal-sayang, BT-cinta adalah dua sisi mata uang yang selalu menyeimbangkan hidup ini. Dengan merasa kesal, maka kita akan menyayangi lebih baik.

Alloh itu adil. Alloh itu baik. DIA berikan kepada kita dua sisi perasaan yang bisa membuat netral satu sama lain...

Aku cinta keduanya. Aku sayang mereka.
Walau terkadang kesal, walau terkadang sebel, walau terkadang bikin marah, walau terkadang bikin BT.

Labels:

Sang Pemilik dan Tokonya
Saturday, October 06, 2007
Saat berbuka puasa beberapa jam yang lalu, kami sekeluarga pergi ke sebuah restoran Sunda yang baru saja dibuka beberapa bulan ini di Jalan Raya Cileungsi milik salah seorang kenalan. Ramai sekali keadaannya tadi. Tamu-tamu yang hendak berbuka memenuhi ruangan, dari 10 bilik lesehan dan 100 buah kursi yang tersedia, tidak ada lagi tempat yang tersisa. Berhubung aku adalah teman baik pemilik restoran, kami sekeluarga langsung diajak untuk makan di ruang serbaguna yang biasa disewakan untuk acara-acara ulang tahun, arisan dll.

Menyenangkan sekali memandangi ruangan makan restoran dari balik pintu kaca tadi. Para pelayan lalu lalang silih berganti melayani tamu. Tak ketinggalan juga kenalan kami -suami istri- juga ikut sibuk melayani tamu. Hebat, pikirku. Aku tahu bahwa kenalan ku ini memiliki modal yang besar dan kuat tapi tidak setiap pemilik bisnis mau setiap hari turun langsung melayani pelanggannya dengan tangannya sendiri.

Mereka berdua adalah orang tua dari Madeline, teman sekelas Brina sewaktu masih di toddler class di Tumble Tots Kelapa Gading. Mereka adalah pengusaha makanan kawakan, merupakan pemilik sebuah brand makanan kecil yang terkenal di Jakarta ini. Dulu kami sempat putus hubungan. Kami sekeluarga tetap tinggal di Rawamangun, sedangkan kenalanku tadi memboyong keluarganya pindah ke Kota Wisata. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya kami bertemu lagi setelah aku dan keluarga pindah juga ke Kota Wisata.

Mereka berasal dari Semarang keturunan Chinese, walaupun totally mengaku tidak mengerti bahasa Mandarin hehehehe... Tapi aku akui, mereka adalah pekerja keras. Dengan modal yang mereka miliki, mereka sangat lincah mencari peluang-peluang bisnis baru. Salah satunya restoran Sunda ini.

Banyak orang tidak seperti mereka, yang berpendapat "lebih baik memikirkan hal lain yang lebih penting". Menakjubkan melihat mereka berdua ikut mengangkat kursi, ikut mengambilkan minuman untuk para tamu diantara seliweran puluhan pegawainya.

Banyak orang tidak seperti mereka yang menyangka bisnisnya akan berkembang walau tidak dengan campur tangannya secara langsung... Banyak orang merasa apa yang dia miliki sudah cukup besar, sehingga malas untuk terjun kebawah melayani pelanggan.

Berada di dalam toko kita. Merasakan auranya, menikmati situasi yang sedang rame pembeli, menikmati tidak ada satupun barang yang terjual hari itu, mendengarkan komplain dan pujian dari pembeli, adalah momen tak terlupakan buat seorang pedagang tulen.

Berdagang adalah merasakan, berdagang adalah ikut di dalamnya, Berdagang adalah sebuah pelajaran yang harus dipelajari sendiri, Berdagang adalah sebuah proses yang harus kita alami sendiri. Berdagang bukan hanya sekedar berarti memiliki toko, termenung-menung di depannya dan menyerahkannya kepada pegawai kita. Ikutlah berinteraksi dengan pelanggan kita, jagalah pintu depan toko kita dengan hati dan senyum kita... Kita lah pemiliknya, kita lah motornya !...

Apa yang kita pikirkan ketika mendengar nama Martha Tilaar ?.. Beliau tidak langsung ujug-ujug mempunyai salon besar begitu saja. Dengan tangannya sendiri, berpuluh-puluh tahun yang lalu, beliau menjaga salonnya setiap hari, tanpa seorang pegawaipun..

Kiyosaki pun mengatakan bahwa seorang pebisnis yang berhasil adalah orang yang pernah mengalami sendiri. Semuanya dikerjakan sendiri dulu sebelum kita "mendelegasikannya" kepada pegawai kita.

Kita lah pemiliknya, kita lah motornya !...



Akhir2 ini ayah sedang "keranjingan" sepeda.... Lucu aja ya ngeliatin si ayah nge-browse tiap malam, ngeliatin spare parts sepeda yang ternyata banyak banget jenisnya.

Udah hampir 2 bulan ayah juga mulai bike to work... Ternyata naik sepeda ke kantor itu menyenangkan loh...Bisa menghemat waktu.. Percaya gak sih jarak Kota Wisata-Plaza 89 (Kuningan) kira-kira 30 km hanya ditempuh dalam waktu 1,5 jam dengan sepeda...Menakjubkan kan ya ?....

Bahkan dengan naik mobil pribadipun dalam kondisi yang macet (setiap hari dimana-mana macet ) waktu 1,5 jam itu tidak akan terlampaui...Apalagi sekarang proyek Busway dimana-mana.. Jarak Al Azhar Kebayoran menuju Semanggi bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam setiap sore di saat macet parah..

Naik sepeda juga selain menyenangkan juga menyehatkan.. Bersepeda adalah salah satu kegiatan aerobik yang sangat diperlukan untuk kesehatan jantung kita... Ngapain sih capek-capek naik sepeda ke kantor ?... Apa gak kelelahan tuh pas kerja ?... Ternyata gak tuh..Setidaknya begitulah cerita ayah...Malah ayah jadi gak cepet ngantuk dan badan rasanya enteng banget dibawa kerja.

Aku pun melihat ayah akhir-akhir ini menjadi lebih bugar.. Otot kakinya lebih kencang dan yang terutama lemak di perutnya menghilang.. Padahal fitness udah dijalanin hampir 1 tahun, yang namanya meratakan perut setengah mati kayaknya buat ayah.. Tapi dengan hanya 2 bulan bersepeda, lemak perutnya hilang tak berbekas... Wahhhhh hebatttt !..

Sempet mampir ke sebuah blog milik seorang selebritis di barat sana tadi malam, "Saya tidak suka melihat laki-laki yang tidak mau dan atau malas berolahraga. Karena itu berarti dia tidak memelihara apa yang telah diberikan untuknya dengan baik. Bukan hanya kita memohon, tapi bersyukur pun merupakan kewajiban", begitu tulisnya

Ada benarnya apa yang dikatakan sang selebritis yang walaupun umurnya sudah kepala 6 tapi masih aktif menyutradarai beberapa film pemenang Oscar, Berolahraga bukanlah masalah kuantitas tapi bagaimana walaupun sedikit kita melakukannya secara konsisten.. Tidak ada alasan untuk tidak mau berolahraga. Sibuk di kantor ? Bisa bike to work, berolahraga sambil berangkat kerja. Sibuk dengan anak ? Sambil mengantar anak ke sekolah, sambil kepasar kita bisa mengayuh sepeda... Banyak jalannya..

Yuk hidup sehat, kita syukuri hidup kita... Hidup ini terlalu singkat untuk dibiarkan berlalu begitu saja !